Rabu, 27 Maret 2013

Kejutan

DIPERTENGAHAN bulan ini tuan ingatkan saya bahwa tak berapa lama lagi tuan akan merayakan sebuah pesta. Tuan nampak penuh gembira. Air muka tuan macam nona-nona muda jatuh cinta; mata berbinar, senyum berpancar, dan sesekali tuan nampak salah tingkah. Ah, party, betapa sungguh ia telah jadi penyemangat.

"Tapi, party macam apakah yang hendak tuan helat nanti?"

Tuan diam saja. Tuan bilang nanti ada saatnya. Ah, saya lupa, apalah artinya pesta tanpa sebuah kejutan. Dan tuan tahu itu. Tuan benar-benar paham bagaimana membuat saya tetap menantikan harinya tiba.

Lusa adalah harinya, tuan nampak berapi-api. Tuan membakar apa saja yang tuan lalui. Tuan, kataku, tuan nampak bersemangat sekali. Sebegitu berartikah pesta lusa nanti? Tentu, jawab tuan, tak ada yang menggembirakan dari hari itu dalam hidupku.

Sejak pagi tadi tuan nampak sibuk menyiapkan segala sesuatu. Wajah tuan kian memerah, sepertinya energi yang berapi-api itu telah ikut juga mendidihkan darah tuan. Sesekali tuan berdiri di muka rumah tuan. Berlagak seperti seorang insinyur memandangi karya seninya.

Lalu tak lama tuan masuk ke dalam sambil membawa sebuah tangga dan gunting tanaman. Ranting ini, kata tuan, menghalangi cahaya ke ruangan inti. Lalu tuan memangkas ranting yang menjulur ke arah matahari itu. Sempurna, kata tuan.

Tapi ada yang tak biasa, kenapa tuan hanya memberi undangan kepada saya saja. Tuan kali ini benar-benar membuat saya bertanya-tanya. Pesta apa yang akan tuan rayakan pun saya masih menduga-duga, kini tuan menambah kebingungan saya dengan undangan yang hanya ditujukan kepada saya semata.

"Paling tidak beri tahu saya jenis pesta apa ini tuan, agar saya bisa mencarikan kado yang tepat untuk pesta ini..."

Tapi tuan bilang tuan tidak butuh kado. "Lalu, baju jenis apa yang harus saya kenakan, tuan?"

Tapi tuan bilang tuan tidak butuh baju.

Ah, tuan benar-benar berhasil menelanjangi saya.

Hari yang dinanti pun tiba. Tuan berdandan penuh gaya. Memesona saya yang biasa melihat tuan tampil apa adanya. Dan saya datang seperti kemauan tuan. Tak berbaju tak berkado.

Tuan berdiri di pintu menyambut tamu yang hanya saya seorang. Tuan gandeng tangan saya memasuki rumah yang telah tuan permak, penuh dekorasi sana-sini. Pelan langkah tuan saya ikuti.

Suasana teduh dan lampu temaram yang tuan pasang membuat pupil mata saya mesti bekerja sekuat tenaga menangkap cahaya. Mata saya paksa untuk melihat dekorasi apakah semua ini, yang tuan pasang sendiri selama beberapa hari.

"Tuan..."

Kenapa tuan hanya tersenyum. Ini gila, tuan. Pesta jenis apa ini.

Kenapa tuan ajak saya melihat semua ini?

Setahun lamanya tuan rawat luka tuan, dan kini tuan pertontonkan kepada saya.

Kalau memang tuan tak izinkan saya masuk ke kehidupan tuan, tak perlu tuan tunjukkan hati tuan yang penuh sayatan itu. Tak perlu fragmen-fragmen luka ini tuan pajang. Dan sungguh pesta ini adalah kematian yang kita rayakan. Ini sungguh tak perlu, tuan.

Saya hanya ingin jadi obat untuk tuan, tapi itu pun saya gagal...


Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar