Kamis, 07 Maret 2013

Nanar Nurani

Sepi sekali hari itu, ku berjalan di sebuah desa kehampaan, di kiri dan kanan jalan itu berdiri pohon-pohon kenistaan. Aku ingin berhenti sejenak mendinginkan badanku yang dibakar matahari kebodohan, tapi kuurungkan niatku.

Aku kembali melangkah. Jauh berkilo-kilo di depan pandangan mataku, aku melihat fatamorgana yang cukup menghiburku dengan semua kebohongannya. Dengan kerongkongan yang kering tanpa air ludah, kupacu kembali kedua kakiku yang tak kurasakan sudah habis dijilat aspal, kulihat kulit-kulit kakiku tertinggal, bercampur dengan aspal yang mencair itu..

Ah, kenapa belum ada pendopo kudapati sedari tadi?
Aku ingin meletakkan tulang-tulangku diatas ranjang, atau paling tidak rumput yang jujur.
Disini angin kedamaian tidak berhembus, entah neraka apa ini?
Kambing, burung, lolong anjing tidak kudengar suaranya, jalan ini panjang sekali!
Nafasku pucat pasi, nanar nuraniku hari ini,
Dik, tolong buai aku dengan kisah palsu itu…

Ka, maukah kau?

…r3…
May 22nd, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar