Kamis, 07 Maret 2013

Kontemplasi

newsoul-sayangidirimu.blogspot.com

newsoul-sayangidirimu.blogspot.com
"Sepagi ini semua sudah gaduh. Ayam gaduh. Dapur gaduh. Jalanan gaduh. Televisi gaduh."

Pagi kian ranggas. Cuaca merampas semua keheningan yang semestinya dipanen pagi. Kokok ayam yang terburu-buru, Ibu dan konspirasi bumbu serta meruap kaldu, serta lagu-lagu yang saling memburu sejak pukul 5. Di RCTI, SCTV, juga dari chanel baru.

Aku yang kehilangan atau aku yang ketinggalan. Seolah-olah semua saling berlesatan. Tak ada waktu untuk sekadar duduk-duduk, bercumbu apalagi memacurindu. Konsep keheningan dirampas semua konsep akan kebendaan. Yang imateril akhirnya hilang bentuk. Terpinggirkan dari keheningannya sendiri.

Ia telah jadi semacam nostalgia. Sebuah momen ketimbang sebuah peristiwa. Beruntung kalau kita punya yang seketika sebatas memutar kembali cakram di kepala lantas tersenyum bahagia. Sepi, hening, telah larut sendiri dalam urutan yang paling bungsu dalam kehidupan.

Kesulungannya telah direnggut sejak kita tak lagi mengingat bahwa semula dunia ini tak ada isinya. Gelap gulita. Betapa diri kita telah jadi titik dari kehidupan itu sendiri. Kita yang mengutamakan kita. Kita merampas yang bukan hak kita.

Kita letakkan diri kita sebagai poros dari segala sesuatu yang berputar disekelilingnya. Kita tak lagi menikmati yang mengamati. Seolah-olah dunia ini telah selesai dirumuskan. Maka tak penting lagi mengambil peran sebagai penonton.

Keterburu-buruan, kebergegasan, tenggat waktu, orientasi pada kedirian, telah melenyapkan sesuatu yang tak ternilai. sebuah maha yang dicapai Sidharta Gautama justru bukan dari keempatnya.

Betapa sesungguhnya keinginan untuk memikirkan kepentingan yang bukan demi diri sendiri itulah yang kepentingan terbesar.


2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar