Rabu, 27 Maret 2013

Tentang Tiga Hal




IBU
Ditanaknya mimpi-mimpi yang dijumpainya subuh tadi.
Sambil berdoa diberikannya padaku sepotong mimpi yang paling besar
kata ibu, aku anak tertua, jadi harus terima porsi itu.
Maka sebelum aku dewasa kuterima amarah dua kali lebih banyak
kuterima cambuk lebih panas dari memar kena pijar
kata ibu aku harus larung jadi debu setinggi bintang.

AYAH
Bukanlah prajurit yang raganya mesti mati di medan laga
karena untuk jadi pusara itu mudah saja.
Tapi bapak telah jadi yang luhur karena kesetiaannya
pada hening yang kadang tak dimengerti ibu.
Bapak telah lama menikmati perselingkuhannya
dengan yang senyap jauh sebelum raganya menikah dengan ibu.
Lalu suatu masa dari doa bapa lahir bunga-bungaan,
yang mekar karena bapak telah lama jadi Oak,
menantang puyuh demi kami.

AGAMAKU; DUKA
Dengan nyalang kau bilang mereka binatang!
Pada rahim-rahim yang tak punya hak pilih
kau lahir jadi benih yang mendidih,
"harusnya kupadamkan kau pakai kemih," sentak Ibu pada perutnya.


(Bumi Dipasena, 29/9/2011)

(Sajak ini dimuat kompas.com 15 November 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar