Rabu, 27 Maret 2013

Di Bawah Lampu Jalan



Kuning. Lemah. Sendu.

Di bawah lampu jalan; kau adalah bayangbayang dedaun mangga yang tercerabut.
Hempas. Melayang. Turun ditarik gravitasi. Rebah di aspal yang pasi.
Pucat. Dilindas.
Ditindas.

Dibawah lampu jalan; puisiku dijajah bangsa sendiri. Proklamasi.
Reformasi. Jadi poster-poster sesudah demonstrasi. "Kita belum
merdeka. Kita belum..."

Di bawah lampu jalan; sebuah doa gegas nuju pelataran surga. Ayatnya
beradu cepat dengan ruhnya. Tapi sungguh pun ruhnya tak tahu hendak
kemana. Semasa hidup perbuatan mulianya hanya demonstrasi.

Di bawah lampu jalan; selembar koran tak mampu lagi bicara kejujuran,
wartawan kerap bertarung sendirian. Melawan Pemred dan slip gaji
bulanan. Banyak yang lebih dulu mati di pertengahan bulan.

Di bawah lampu jalan. Semoga yang benderang senantiasa terang.


Di bawah lampu jalan Rajabasa, 100912

(Sajak ini dimuat kompas.com 12 September 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar