Rabu, 27 Maret 2013

Purnama




DI RUMAH ITU, raganya tak pernah istirahat.
Kepada ibu dia selalu bilang bahwa dirinya
adalah kumbang. Berhenti adalah pada
bibir-bibir kembang.

Padahal selagi dia masih tenggelam
di ketuban, ibu sudah memilih nama
yang baik untuknya; Purnama.
Tapi apatah arti sebuah nama.
Ibu lupa bahwa anaknya adalah campuran
sel telur dan sperma. Karena kuat ia bertahan.

Purnama hanya kembali sebulan sekali.
"Habis ganti baju langsung pergi," kata Ibu sambil
memecah-mecahkan matahari di piringnya. Membelah-belah
matahati kesayangannya.

Pulang, bagi Ibu, adalah ketika Purnama menambah
hiasan di lemari jati. Sekali waktu dia bawa Toa, lain hari
dia bawa luka. Tapi, yang membunuh ibu adalah ketika
hiasan terakhir tiba lewat sebuah berita duka.
Purnama mati membela petani desa.

Lampung, 4 September 12

(Sajak ini dimuat kompas.com 12 September 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar